Bedah Puisi Bu Nina: Ketika Hujan Menyapa Mesra
Puisi, sebagai bagian dari sastra, selalu memberikan sensasi tersendiri bagi insan penyukanya. Dengan diksi yang apik dan terpilih, memancarkan makna yang luas dari setiap untaian katanya. Memotivasi jiwa, menginspirasi, dan menambah daya juang dan semangat.
Bergelut kembali dengan dunia sastra, setelah sekian waktu “meninggalkan” dunia indah itu. Memang dulu, ada sedikit anomali. Kuliah di STAIS Al I’anah Cianjur, namun aktif menjadi pengelola Majalah Suaka UIN Bandung, bidang sastra. Bersekolah di SMAN Ciranjang, namun aktif di DKM Al Ma’wa SMAN 1 Cianjur. Memang anomali….hehe…
Kembali mengagumi sastra, mengasah rasa, memulai dengan me-review puisi-puisi dari rekan guru, untuk selanjutnya menayangkannya di web SMPN 1 Mande. Review sederhana, sekedar menguatkan makna dari puisi tersebut, tak lebih.
Seorang guru, Bu Nina Gartina, mengirim kembali sebuah puisi. Tema yang diambil kali ini adalah “Hujan“. Sesuai dengan kondisi saat ini yang sering hujan juga ya.
Kita langsung membaca secara utuh puisi tersebut berikut ini.
Review Sederhana
Ketika kita berazam untuk bangun malam dan melaksanakan shalat tahajjud, sedari awal kita sudah mempersiapkan segalanya, salah satunya pengingat waktu/alarm. Alarm dari HP maupun beker.
Tapi ketika kita sudah terbiasa melaksanakannya, apapun bisa membangunkan tidur kita. Hujan salah satunya. Gemericik bunyi bulir hujan di ujung malam, menjadi simponi mesra yang membangunkan kita dari buaian mimpi, untuk bersegera mengambil wudhu dan menghadap Sang Penggenggam Kehidupan.
Keindahan nuansa ini terekam dalam bait berikut:
Maka, dalam lebatnya hujan dan suara indah gemericik bulir-bulirnya yang jatuh, kita menengadahkan tangan memohon apapun yang kita butuhkan untuk menjalani kehidupan. Allah Ta’ala memberi garansi, pengabulan atas segala permohonan.
Indahnya panggilan Allah kepada setiap jiwa yang memaksa diri bangun di tengah/ujung malam, tergambar dalam baitu berikut:
Maka bercurhatlah kepada-Nya, keluarkan segala isak tangis dan derita kepada Allah Ta’ala. Sebagaimana Nabi Ya’kub a.s yang senantiasa mengadukan segalanya kepada Ilahnya.
إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya“.
Subhanalloh, saudaraku. Mumpung kita masih ada waktu, mumpung semuanya masih ada peluang untuk beramal, maka langkah terbaik adalah memaksimalkan ibadah, sesuai yang kita mampu.
Semoga kita istiqomah!
Sederhana semoga memberi warna, sedikit namun semoga memberi arti.
Thanks for the marvelous posting! I certainly enjoyed reading it, you happen to be a great author.
I will make certain to bookmark your blog and
will eventually come back in the foreseeable future.
I want to encourage continue your great posts, have a nice holiday weekend!