Misal, Sahabat ingin pergi berlibur ke Pantai Pangandaran. Tentu dengan cermat mempersiapkan segalanya, terutama bekal. Namun ada yang lebih penting dari itu, yakni kesiapan untuk menempuh perjalanannya yang sangat jauh. Cianjur-Pangandaran itu berjarak sekitar 253 km, ditempuh selama 7 jam.
Selama perjalanan, mungkin kita akan menemui banyak jalan berliku, membuat kita pusing bahkan mungkin muntah-muntah. Mungkin juga mengalami kendala, mogok mobilnya, seumpamanya. Intinya, untuk menuju ke Pangandaran, akan banyak hal yang membuat kita terkadang marah, kesal, sakit, atau hal lainnya.
Pertanyaannya, mengapa kita mau berlelah-lelah menuju Pantai tersebut? Jawaban umumnya, karena kita akan menikmati keindahan pantai sesampainya di tempat tersebut. Kita akan bermain nyaman di pasir pantai. Sedari awal sudah terbayang segala keindahannya.
Sebuah perjalanan panjang, berliku, dan melelahkan, akan tergantikan kebahagiaan ketika kita sampai ke tujuan. Indah pada akhirnya, begitulah gambaran dari sebuah perjalanan.
Filosofi Puisi Karya Bu Mila
Puisi karya Bu Mila Nursyafriyanti (lihat profilnya di SINI ), setidaknya menggambarkan sebuah alur kehidupan, yang memiliki filosofi mirip dengan perjalanan tadi.
Berikut rangkaian puisi beliau.
Keajaiban Doa
Kala engkau berkata tidak mungkin, saat itu mungkin bagi Allah
Kala engkau berkata sulit, saat itu mudah bagi Allah
Begitulah Bagi Allah
Kala engkau anggap itu baik, belum tentu menurut Allah
Kala engkau anggap itu buruk, belum tentu menurut Allah
Sungguh begitulah bagi Allah
Hamba…. Hanyalah hamba…
Ia hanya perlu bertawakal
Ia hanya perlu berikhtiar
Dan ia hanya perlu berdoa…
Doa… doa… dan doa tanpa henti sampai Allah mengabulkan-Nya
Sabar
Bukan tidak dikabulkan, Allah hanya ingin kita sabar
Bukan tidak didengar, Allah hanya ingin kita terus merintih
Bukan tidak sayang, Allah ingin melihat kesungguhanmu
Begitulah Ia, untuk mengabulkan mudah bagi-Nya
Hanya Allah ingin melihat kesungguhanmu, kesabaranmu, keikhlasanmu
Karena bukan sabar, tatkala engkau merasa sabar harus berbatas
Dan bukan keikhlasan, jika engkau masih merasa sakit, dan berkata Allah tak adil padaku….
Allah dalam setiap ujian-Nya
Saat engkau dijauhi, Allah sungguh dekat denganmu
Saat manusia membuka aib-aibmu, tanpa kau suruh Allah tutup rapat-rapat keburukanmu
Saat engkau difitnah, Allah membela mu dengan cara yang tak pernah kau duga
Sungguh Allah penolong di setiap gundahmu
Maka, tatkala gundah melandamu, hadirkan Allah
Tatkala semua jalan tertutup, merintihlah kepada-Nya
Sungguh, Dia lah yang tak kan pernah meninggalkanmu saat kau begitu buruk sekalipun
Setiap kejadian, mengajarkan bahwa kita hanya butuh sabar atas kehendak-Nya
Kita hanya butuh kuat untuk yakin bahwa kita bisa melewatinya
Kita hanya butuh berserah pada-Nya, karena Allah lah penggenggam segala-Nya…Dan akhirnya, kita hanya perlu memetik hikmah dari setiap fase hidup yang Allah berikan
Dan akhirnya, kita hanya perlu introspeksi dan memperbaiki diri di hadapan-Nya
Dan akhirnya, kita hanya perlu membuang semua buruk dengan meningkatkan perbaikan-perbaikan diri hanya di hadapan-Nya.
Sedikit tentang aliran seni Puisi
Kalau kita menekuni seni tulis puisi, kita akan menemukan banyak aliran dalam karya sastra tersebut. Ada aliran realisme, ekspresionisme, impresionisme, romantisme, simbolisme, surealisme, bahkan ada aliran mistisme.
Jika sebelumnya saya membedah puisi Bu Nina, (Ketika Hujan Menyapa Mesra, atau Karena Sesal Susah Sirna), maka “pembedahan” terhadap puisi Bu Mila sedikit berbeda. Mengapa?
Pertama, sepertinya “aliran” berpuisi antara Bu Nina dengan Bu Mila sedikit berbeda (mohon maaf jika salah). Bu Nina lebih ke aliran simbolisme, salah satunya ditandai dengan hemat kata, dan setiap ungkapan menjadi simbol makna tertentu. Sedangkan Bu Mila, lebih ke arah realisme, mengungkapkan narasi sebuah fenomena. Atau dengan kata lain, Bu Mila hendak bercerita dengan puisinya.
Kedua, karena alirannya sedikit berbeda, ulasannya pun akan berbeda.
Saatnya Review Puisi Bu Mila
Pada aliran simbolisme, hemat kata, dalam maknanya. Bisa difahami oleh orang yang memang sering bergelut dengan puisi. Atau hanya bisa difahami, jika berulang-ulang dibaca dan dihayati.
Sedangkan aliran realisme, bersifat bercerita, dan memerlukan lebih banyak kata. Namun mudah untuk dicerna. Biasanya, sebuah kata atau frasa, tidak terlalu mengandung makna konotasi, senyatanya.
Untuk puisi Bu Mila, ketika kita sudah selesai membacanya, akan bisa mengambil kesimpulan inti ceritanya, yakni kesabaran, ikhtiar, dan penguatan doa.
- Kesabaran untuk menjalani setiap langkah dan proses kehidupan, yang berliku, tertatih, beroleh luka dan derita, menguras emosi, kadang “sebel” dengan keadaan, dan lain-lain.
2. Ikhtiar maksimal sesuai yang kita mampu. Apapun prosedur halal, dijalani, demi satu tujuan yang hendak dicapai. Prinsip yang dipegang, tujuan mulia tak menghalalkan segala cara.
3. Doa. Kekuatan doa akan terasa jika kita menggantungkan harap hanya kepada Allah, Sang Penggenggam kehidupan. Hanya Dia yang mendengar “curhat” kita, hanya Dia yang menghibur kita dengan pengabulan doa.
Maka, dengan kombinasi tiga hal ini (kesabaran menjalani proses, melakukan ikhtiar maksimal, dan dikuatkan dengan doa) ain sya Allah akan menjadikan seseorang tegar menjalani step by step menggapai tujuan.
Puisi-puisi ini memberikan gambaran utuh kepada kita, untuk senantiasa menggaungkan kata-kata afirmasi, ” Semua akan Indah pada akhirnya!“. In syaa Alllah.
Wallahu a’lam.
Profil Penulis
-
Seorang Pembelajar, Tak Lebih.
www.abufadli.com
Artikel Terbaru dari Penulis
- Satman News19 November 2024Permendikbud No. 22 Tahun 2018: Pedoman Upacara Bendera di Sekolah
- Satman News19 November 2024Diskon 50%, Guru-Guru SMPN 1 Mande Antusias Serbu Bazaar Perabotan Rumah Tangga
- Satman News18 November 2024Upacara Bendera di SMPN 1 Mande: Inspirasi Panca Prasetya dan Unjuk Prestasi Pramuka
- Artikel13 November 2024Tanggal 13 November Hari Kebaikan Sedunia, Pentingkah?
Tinggalkan komentar
Anda harus masuk untuk berkomentar.