Bila Cara Mati Boleh Dipilih

Sebisanya kita berusaha tak takut dengan yang namanya mati, sebab takut mati itu tak pantas bagi mereka yang beriman. Mati dalam pandangan agama, adalah perjumpaan dengan Allah, yang nantikan perjumpaan dengan-Nya. Yang boleh dikhawatirkan itu, bagaimana caranya kita mati

Andai boleh memilih, tentu kita punya kisah mati yang ideal, jika kamu belum punya, mulailah memikirkan dan merencanakannya. Bagi saya, ideal itu berarti di usia 70-an, saya didampingi istri, dan anak-anak, hopefully cucu juga, dalam keadaan Islam berjaya, mengucap syahadat, disambut malaikat

Tapi sayangnya mati selalu datang pada saat kita tidak siap. Di saat kita mengatakan “NANTI” untuk amal salih, “BESOK” untuk ketaatan, dan “MASIH BANYAK WAKTU” untuk pertaubatan. Karena itu, saat kita mendapat kabar duka, kebanyakan kita berkomentar “Aku nggak nyangka!”

Cara mati tak bisa dipilih, tapi cara hidup itu bisa dipilih. Kabar baiknya, bagaimana cara kita hidup itulah yang menentukan bagaimana cara kita mati. Manusia itu mati sebagaimana dia hidup, begitu peribahasa arab yang terkenal. Akhir itu biasanya konsisten dengan awalnya

Baca Juga:  17 Mei, Memperingati Hari Perpustakaan Nasional, Biar Kita Makin Hobi dan Jago Baca

Karena mati bukan pilihan, maka kita semua pasti akan berpulang, yang beda hanya jadwal keberangkatan. Kuncinya adalah bagaimana menghadirkan rasa, bahwa aktivitas yang kita lakukan itu sangat bisa jadi aktivitas yang terakhir, dan bila itu yang terakhir, apa yang kita ingin persembahkan?

Cara paling ampuh mengingatkan hamba, memang dengan menghadirkan kematian di depan mata. Tapi, bila itu saja tak membuat kita sadar dan belajar, mungkin tidak ada cara lain lagi yang bisa membuat kita bersiap dan berbekal. Allahummaghfirlana..

UFS

Profil Penulis

Deni Kurnia
Deni Kurnia
Seorang Pembelajar, Tak Lebih.

www.abufadli.com
Artikel Terbaru dari Penulis
Baca Juga:  Ketika Kenikmatan di Depan Mata Susah Ditahan

Bagikan:

Tags

Related Post