Karena Setiap Jabatan, Akan Diaudit Setiap Bagiannya Oleh Alloh

Sekecil apapun kepemimpinan, serendah bagaimanapun jabatan, semua akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Maka, mengingati konsep ini, akan menjadi pengendali dari kerakusan. Tulisan ini, bagian dari pengingat bagiku, juga bagi engkau sahabat-sahabatku.

Khaifah Umar bin Khaththab pernah meminta agar anaknya Abdullah tidak dilibatkan dalam proses pemilihan pemimpin setelah beliau, sebab beliau tidak ingin keluarganya mendapatkan dua musibah.

Sebab secara individu, kaum Muslim memandang tiap harta, tahta, dan amanah apapun adalah ujian yang akan diminta pertanggungan oleh Allah. Salah-salah malah menjauhkan dari surga.

Karenanya Umar bin Abdul Aziz, saat diangkat menjadi pemimpin di masa Kekhilafahan Umayyah, ia langsung terduduk dan menangis diantara kedua lututnya, lalu mengucap “Innalillahi”, musibah.

Islam mengingatkan, jabatan itu sama seperti harta, tiap-tiap bagian terkecilnya akan di-audit oleh Dzat yang Mahateliti. Khususnya pada tahta, sedikit saja penyimpangan, bisa justru mendekat ke neraka.

Sebab pemimpin itu menguasai hajat orang banyak. Problemnya disitu, terbayang dong ketika di yaumil hisab, ternyata kebijakan kita mendzalimi ratusan juta orang, dan mereka menuntut keadilan di masa itu.

Baca Juga:  Memaknai Rasa Cinta dan Benci

Maka wajar kaum Muslim secara inidividual banyak yang tak mau diserahi amanah kekuasaan. Banyak resikonya, apalagi kekuasaan yang memperkaya diri. Enak jadi pengusaha, dagang, jualan sekalian.

Secara masyarakat, Islam mungkin sama seperti masyarakat Jepang saat ini, bahwa ketika ada yang korupsi, kolusi atau nepotisme, adalah aib besar yang bahkan bunuh diri saja tak sanggup menutupnya.

Secara sistematis, Rasulullah sebagai pemimpin pernah menolak pinta Abu Dzar ketika ingin menjadi pimpinan. Dekat dan mendukung tak mesti dapat jabatan, apalagi bagi-bagi lahan, tak ada dalam Islam.

Itulah sistem Islam. Secara individu, ketakwaan akan menjaga. Secara masyarakat, kesalihan dan ukhuwah akan menjaga. Secara sistem aturan, tidak dimungkinkan kecurangan atau politik dinasti.

Wajar kan sistem Islam nggak disukai sama orang curang. Kalau dia jujur sih, pastinya biasa-biasa saja.

Profil Penulis

Deni Kurnia
Deni Kurnia
Seorang Pembelajar, Tak Lebih.

www.abufadli.com
Artikel Terbaru dari Penulis
Baca Juga:  Menjelang Bergantinya Tahun, Adakah Yang Berubah dalam Diri Kita?

Bagikan:

Tags

Related Post