Perjalanan menuju Makam Raden Aria Nata Manggala kali ini mendapat halangan. Kami tertahan di mushola kecil karena dilarangmemasuki komplek Makam. Malamnya telah terjadi kegaduhan di makam kata Sutisna orang yang menahan kami. Malam tadi banyak peziarah yang mendadak kesurupan jadi untuk sementara aktivitas ziarah ditutup selama dua hari. Akhirnya kami duduk melingkar di teras mushola. Raut kekecewaan tampak jelas pada wajah tim KNTS.
Semilir Angin berhembus sepoi-sepoi membuat kami sedikit agak mengantuk.. Bayangan sang Juru Kunci kembali terlihat. Ia menarik napas panjang. Diseruputnya sisa air kopi yang tinggal sedikit.Tatapan matanya jauh menembus masa silam. Kemudian Ia melanjutkan ceritanya.
Menyusuri Jejak Sejarah Raden Aria Natamanggala I ( Bagian ke-2)
Setelah berhasil mengalahkan lawan-lawannya Raden Aria Nata Manggala yang memiliki nama Asli Raden Aria Saca Kusumah itu keeseokan harinya pergi ke kedaleman Cipamingkis (Bogor). Beliau pergi ke Cipamingkis untuk menyerahkan kembali benda pusaka yang dicuri oleh orang-orang Bugis. Sesampainya disana Benda pusaka itu beliau serahkan sendiri, Kemudian pulanglah beliau ke kedaleman Cibalagung untuk meneruskan pemerintahan.
Kadaleman Cibalagung
Hari hari terus berganti. Hari berganti menjadi minggu. Minggu menjadi Bulan, Bulan terus merangkak menjadi tahun tak terasa keadaleman Cibalagung yang tadinya hanyalah sebuah kampung kecil kini telah tumbuh menjadi sebuah kedaleman yang subur makmur. Syiar islam terus berkembang dengan pesat.
Lama-kelamaan berdirnya kedaleman Cibalagung itu terdengar Oleh Raja Mataram, bahwa di sebelah barat telah berdiri sebuah kedaleman baru dan yang menjadi dalemnya adalah Raden Aria Saca Kusumah. atau Babad Kinayung atau Babad Angsal atau Sukma Muda. Betapa marahnya Raja Mataram Sutawijaya mengingat dahulu , waktu Raden Aria Babad Kinayung ditugaskan menyebarkan agama Islam di mataram meloloskan diri tanpa pamit.. Ia merasa tersinggung kemudian mengirim utusan untuk menangkap Babad Kinayung.
“ Hey Hulubalang ! Kalian berangkatlah ke arah barat. Cari dan tangkap nama Babad Kinayung. Bawa Ke sini.” Raja Sutawijaya menyuruh hulubalang untuk menangkap Babad Kinayung.
“ Segala titah Paduka akan hamba laksanakan.” Kata hulubalang sambil menyembah.
Kemudian berangkatlah utusan itu dipimpin oleh hulu balang menuju arah barat.
Setelah perjalanan berbulan-bulan maka sampailah di kedaleman Cibalagung. Namun rupanya kedatangan para utusan Matarm itu sudah diketahui oleh Dalem Cibalagung sebelum mereka sampai di kedaleman. Maka dengan cerdik ia mengganti namanya menjadi Saca Kusumah. Ketika Hulubalang menanyakan Babad Kinayung dia tidak menemukan nama tersebut karena yang ada dihadapannya adalah Aria Saca Kusumah.
Maka pulanglah utusan dari mataram kembali menghadap rajanya. dengan tangan hampa. Namun sesampainya di Mataram utusan yang dipimpin oleh hulubalang itu disuruh kembali karena sultan mataram mengetahui bahwa Saca Kusumah itu adalah Babad Kinayung, maka kembalilah utusan Mataram untuk menangkap Saca Kusumah.
Karena Perjalanan dari Mataram menuju kedaleman Cibalagung memakan waktu yang lama dan ketika Raden Aria Saca Kusumah mengetahui Utusan Mataram itu kembali lagi untuk menangkap dirinya, maka ia berganti nama lagi menjadi Sukma Muda. Maka gagal lagi utusan mataram itu dan kembali pulang ke Mataram untuk yang kedua kalinya.
Namun Sultan Mataram bersikeras pada pendirianya. Sukma Muda itu adalah Saca Kusumah atau Babad Kinayung. Disuruhnya kembali hulubalang untuk menangkap Sukma Muda atau saca Kusumah atau Babad Kinayung untuk yang ketiga kalinya, Maka untuk yang berangkatlah kembali para hulu baling ini menuju ke Cibalagung.
Melihat utusan itu datang lagi munculah rasa iba pada utusan ini maka utusan ini diterima dengan sangat baik. Setelah istirahat dan menyantap jamuan Raden Aria Saca Kusumah berkata,
“ Hey Para Hulu Balang Aku tahu bahwa kalian sedang mengemban tugas. Kalau benar-benar Sultanmu menginginkanku, aku akan datang menemuinya asal beliau mengirimkan barang pusaka. Sampaikan pesan ini ke Rajamu.”
Maka pulanglah utusan Mataram tersebut kembali untuk menyampaikan pesan dari Dalem Cibalagung. Setelah sampai di Mataram maka disampaikanlah pesan dalem Cibalagung tersebut kepada Sultan Mataram Sutawijaya. Mendengar pesan tersebut Sultan Mataram merenung. Setelah berpikir sejenak akhirnya Sultan Mataram meluluskan permintaan Raden Saca Kusumah. Dikirimkannya sebuah tumbak pusaka milik kerajaan.
Setelah Raden Saca Kusumah menerima tumbak pusaka kerajaan Mataram maka berangkatlah ia ke Mataram. Dengan kesaktiaanya ia terbang ke mataram dengan menunggangi tumbak pusaka. Ia duduk pada ujung tumbak dan melesat terbang ke arah timur. Hanya dengan waktu yang singkat ia telah sampai ke gerbang istana Mataram. Gulang-gulang penjaga merasa kaget melihat ada orang duduk diujung tembak dalam keadaan melayang. Cepatlah mereka melaporkan kejadian itu pada Sultan Sutawijaya.
Sultan merasa maklum akan kesaktian Raden Saca Kusumah maka segeralah ia memerintahkan agar sukma muda jangan turun di gerbang tapi langsung masuk ke dalam istana.Setelah turun dari tumbak Sultan Suta Wijaya bukannya menyambut dengan kemarahan tapi dipeluknya dengan erat tubuh Raden Aria Saca Kusumah dan disambutnya dengan keramahan dan kegembiraan. Dengan wajah yang berseri-seri disambutnya Raden Aria Saca Kusumah bak seorang tamu kerajaan. Tidak ada sedikitpun niat untuk menangkap. Pertemuan ini laksana pertemuan keluarga yang telah lama tidak berjumpa.
Setelah semua urusan selesai maka Raden Aria Saca Kusumah diberi gelar oleh Sultan Mataram Sutawijaya yaitu dengan gelar RADEN ARIA NATA MANGGALA yang artinya “Pemimpin yang melindungi rakyatnya dengan tegas”. Setelah itu Raden Aria Saca Kusumah dengan gelar Raden Aria Nata Manggala itu pulang ke kedaleman Cibalagung. Kemudian tumbak pusaka kerajaan mataram diberikan kepada Raden Aria saca Kusumah sebagai pendamping gelar Raden Aria Nata Manggala.
Dalam mengelola pemerintahannya Raden Arian Nata Manggala dibantu oleh dua orang patih yang setia menjalankan tugasnya yaitu (1) Eyang Aria Yuda atau eyang Singakerta dan (2) Eyang Abdul Makmur atau eyang Singakerti dan dibantu pula oleh seorang penasihat yaitu Kyai Penghulu Muhamad Soleh, Seorang ulama jumhur yang sakti. Selain itu beliau juga dibantu oleh Eyang Rangga Jaya dibidang kemanan dari gangguan makluk halus dan eyang Saparantu di bidang pertanian.Kedalaerman Cibalagung makin lama makin berkembang, subur makmur.
Akhirnya masa kejayaan Raden Aria Saca Kusumah yang bergelar Aria Nata Manggala itu berakhir. Beliau Wafat dan dimakamkan di daerah Cikadu dekat sungai Cibalagung lima ratus meter dari pusat pemerintahan kedaleman ke sebelah utara. Karena Makam beliau berada di daerah Cikadu maka sampai sekarang beliau sering disebut sebagai Dalem Cikadu. (bersambung)
Profil Penulis
Artikel Terbaru dari Penulis
- Kilas Sejarah3 April 2023Kisah Raden Longgar Jaya dan Pohon Saparantu Cibalagung Cianjur
- Kilas Sejarah27 September 2020Menelusuri Jejak Sejarah Kadaleman Cibalagung (Raden Aria Natamanggala II, III, dan IV
- Kilas Sejarah9 September 2020Menyusuri Jejak Sejarah Raden Aria Natamanggala I ( Bagian ke-2)
- Kilas Sejarah29 Agustus 2020Menyusuri Jejak Sejarah Raden Aria Natamanggala I (Dalem Cikadu)
Tinggalkan komentar
Anda harus masuk untuk berkomentar.