Artikel ini merupakan penjabaran dari materi yang disampaikan Pak Dadang Koswara, pengawas SMP pada Disdikpora Kabupaten Cianjur, dalam acara Pembinaan Guru Kesiswaan, 26-27 September 2024, di Hotel Bukit Indah Puncak.
Perbedaan Disiplin Biasa dengan Disiplin Positif di Sekolah: Mana yang Lebih Efektif?
Dalam dunia pendidikan, konsep “disiplin” sering kali menjadi bahan diskusi hangat. Biasanya, ketika mendengar kata “disiplin,” kita membayangkan aturan ketat, hukuman bagi yang melanggar, dan suasana yang kaku. Namun, akhir-akhir ini muncul pendekatan baru yang dikenal sebagai disiplin positif.
Nah, sebenarnya, apa sih perbedaan antara disiplin biasa dengan disiplin positif di sekolah? Yuk, kita bahas dengan santai!
1. Tujuan Utama: Kontrol vs. Pembelajaran
Disiplin biasa, atau yang sering disebut disiplin konvensional, berfokus pada kontrol perilaku siswa. Tujuannya adalah untuk memastikan siswa mengikuti aturan dan tidak membuat masalah.
Contohnya, jika ada siswa yang datang terlambat, hukuman langsung diberikan, seperti berdiri di depan kelas atau bahkan panggilan orang tua.
Di sisi lain, disiplin positif tidak hanya soal mematuhi aturan. Lebih dari itu, disiplin positif bertujuan untuk mengajarkan siswa tentang tanggung jawab, empati, dan bagaimana mengelola diri sendiri.
Misalnya, ketika seorang siswa terlambat, guru yang menerapkan disiplin positif akan lebih memilih berdialog, menanyakan penyebabnya, dan bersama-sama mencari solusi agar siswa tersebut tidak terlambat lagi. Bukan sekadar memberi hukuman, tapi mencari jalan keluar yang lebih mendidik.
2. Metode: Hukuman vs. Pemahaman
Pendekatan disiplin konvensional sering menggunakan hukuman sebagai cara untuk mengoreksi perilaku. Misalnya, siswa yang tidak mengerjakan PR mungkin disuruh berdiri selama jam pelajaran atau harus menulis ulang tugas berkali-kali.
Metode ini mungkin efektif untuk membuat siswa takut melanggar aturan, tapi apakah mereka paham alasan di balik aturan tersebut? Belum tentu.
Sementara itu, disiplin positif lebih mengutamakan pemahaman dan komunikasi. Alih-alih menghukum, guru akan mencoba mengajak siswa berbicara untuk memahami mengapa mereka melanggar aturan dan memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan.
Dengan pendekatan ini, siswa belajar dari kesalahan mereka dan memahami dampak dari tindakan mereka, sehingga ke depannya mereka lebih berhati-hati dalam berperilaku.
3. Efek Jangka Panjang: Kepatuhan vs. Tanggung Jawab
Disiplin biasa memang bisa menumbuhkan kepatuhan. Siswa akan patuh karena takut pada hukuman atau konsekuensi yang akan diterima. Tapi, apa yang terjadi ketika pengawasan dari guru tidak ada? Bisa jadi, mereka kembali melakukan kesalahan yang sama.
Sebaliknya, disiplin positif mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas perilaku mereka sendiri. Dengan memahami mengapa sebuah aturan ada dan bagaimana mematuhi aturan tersebut dapat memberikan manfaat, siswa lebih cenderung membuat keputusan yang baik, bahkan saat tidak ada pengawasan.
Efek jangka panjangnya, siswa bisa berkembang menjadi pribadi yang mandiri dan lebih bertanggung jawab.
4. Suasana Kelas: Tegang vs. Kondusif
Kelas yang menerapkan disiplin biasa seringkali terasa tegang dan kaku. Siswa cenderung takut melakukan kesalahan dan lebih pasif dalam berpartisipasi. Jika terus berlangsung, hal ini dapat mempengaruhi suasana belajar yang tidak sehat.
Sebaliknya, dengan disiplin positif, kelas bisa terasa lebih kondusif. Siswa merasa didengar, dipahami, dan didukung untuk berkembang.
Mereka tidak lagi takut untuk bereksplorasi, bertanya, atau bahkan melakukan kesalahan, karena mereka tahu kesalahan adalah bagian dari proses belajar.
Suasana kelas yang nyaman seperti ini membuat siswa lebih bersemangat untuk belajar dan aktif berpartisipasi.
5. Hubungan Guru dan Siswa: Berjarak vs. Kolaboratif
Pendekatan disiplin biasa cenderung membuat hubungan antara guru dan siswa menjadi berjarak. Guru dianggap sebagai sosok yang otoriter, dan siswa harus menuruti semua instruksi.
Hubungan seperti ini seringkali membuat komunikasi terhambat, dan siswa tidak merasa nyaman untuk menyampaikan pendapat atau bertanya.
Sementara itu, disiplin positif menciptakan hubungan yang lebih kolaboratif. Guru berperan sebagai pembimbing yang mendukung siswa untuk mencapai versi terbaik dari diri mereka sendiri.
Hubungan ini lebih didasarkan pada rasa saling percaya dan saling menghormati, sehingga siswa merasa lebih nyaman berinteraksi dengan guru.
Jadi, Mana yang Lebih Baik?
Tentunya, pilihan antara disiplin biasa dan disiplin positif tidak selalu hitam-putih. Ada kalanya disiplin biasa masih diperlukan, terutama untuk situasi-situasi tertentu yang membutuhkan penanganan cepat.
Namun, jika tujuan utama pendidikan adalah membentuk karakter dan kepribadian siswa yang kuat, disiplin positif jelas lebih unggul. Dengan disiplin positif, siswa tidak hanya belajar mematuhi aturan, tetapi juga memahami mengapa mereka harus mematuhinya dan bagaimana berperilaku baik di segala situasi.
Pada akhirnya, keberhasilan sebuah pendekatan disiplin, baik itu disiplin biasa maupun disiplin positif, sangat bergantung pada bagaimana guru menerapkannya dan bagaimana situasi di sekolah tersebut.
Jadi, penting untuk terus mengevaluasi dan menyesuaikan pendekatan yang paling sesuai untuk kebutuhan siswa di setiap sekolah.
Selamat mendidik dengan cara yang menyenangkan!
Profil Penulis
-
Seorang Pembelajar, Tak Lebih.
www.abufadli.com
Artikel Terbaru dari Penulis
- Satman News4 Oktober 2024Surat Edaran Kadisdikpora Cianjur tentang Penambahan Jam Pelajaran Keagamaan
- Artikel Pendidikan27 September 2024Perbedaan Disiplin Biasa dengan Disiplin Positif di Sekolah: Mana yang Lebih Efektif?
- Artikel Pendidikan26 September 2024Membangun Dunia Berkualitas Anak bersama Guru Hebat
- Satman News20 September 2024Ulasan Puisi “Buka Matamu Buka” Karya Bu Hadijah, S.Pd