TOT MODULE CHOICE, Alternatif Pengembangan Pendidikan Karakter

Apa kabar? Semoga kita semua dalam keadaan sehat wal afiat dan bersemangat menjelang pelaksanaan tahun ajaran baru 2021-2022. Masih dalam kondisi PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), bukan berarti para guru SMP Negeri 1 Mande alias SATMAN mager tanpa kegiatan produktif. Sambil mempersiapkan program pembelajaran untuk tahun ajaran 2021-2022, para guru juga mengikuti kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan kompetensi profesional mereka. Salah satunya adalah program Training of Trainer Modul Choice Online yang dilaksanakan secara daring  pada 12-13 Juli 2021.

Kegiatan ini diprakarsai Yayasan Sayangi Tunas Cilik yang merupakan bagian dari Save The Children International. Melalui proyek We See Equal, yayasan ini berusaha mempromosikan kesetaraan gender di lingkungan remaja. Di Kabupaten Cianjur, Pelatihan Modul Choice Online ini diikuti oleh 4 sekolah: SMPN 1 Mande, SMPN 1 Campaka, SMPN 2 Karangtengah dan SMP Bina Utama Cipanas.

Siapa Saja Peserta TOT Module Choice ini?

Sesuai dengan SK Kepala SMP Negeri 1 Mande, terdapat 10 orang guru yang mendapat tugas untuk mengikuti kegiatan TOT Module Choice ini, yaitu:

  • Ibu Maesyaroh,S.Pd.
  • Ibu Siti Jenab, S.Pd.
  • Ibu Eem Rohimah, S.Pd.
  • Ibu Yuliana Gultom,S.Pd.,M.Pd.
  • Yuni Choirunnisa,S.Pd.
  • Nina Gartina, S.HI.
  • Bapak Yosep Sopyan, S.Pd.
  • Ibu Siti Hanisyah,S.Pd.
  • Bapak Januar Aripin,S.Pd.
  • Santi Kurniawati, M.Pd.

Bertindak sebagai fasilitator adalah Bapak Andri purwanto  dari Yayasan Sayangi Tunas Cilik dan para guru yang telah mengikutiTraining Modul Choice Online terlebih dahulu. Dari SMPN 1 Mande Pak Deni Kurnia, S.Pd.I dan Ibu Dra. Euis Siti Aisyah.bertindak sebagai pemateri.

Apa Saja Materi yang Dipelajarinya?

Pelatihan ini terdiri dari 5 sesi materi, yaitu:

  1. Jendela Mimpi
  2. Pink atau Biru
  3. Peta Tubuhku yang Berubah
  4. Saya Berhak Dihormati
  5. Lindungi Dirimu dan Orang Lain.
Baca Juga:  Sinonim dan Padanan Kata, Persamaan, Perbedaan, dan Contohnya

Sebelum memulai sesi materi, terlebih dahulu dijelaskan mengenai struktur program dan aplikasi yang digunakan selama  pelatihan, yakni Zoom dan Jamboard. Selama pelatihan ini, peserta bermain peran sebagai siswa dan fasilitator sebagai guru. Dimana metode pelatihan banyak menggunakan diskusi dan interaksi daring menggunakan Jamboard.

Hari pertama (Senin, 12 Juli 2021) pelatihan membahas 2 modul. Sesi 1 Jendela Mimpi, membahas mengenai mimpi dan cita-cita anak-anak tanpa melihat jenis kelamin mereka. Setiap anak berhak memiliki mimpi dan memiliki kepercayaan diri untuk mengungkapkan rencana masa depan dan menemukan hal-hal yang diperlukan untuk mencapai mimpi. Langkah-langkah untuk meraih mimpi dirangkum dalam kata MIMPI:

M Mulailah pelajari mimpimu

I   Ikuti langkah untuk menemui ahli memperdalam mimpimu

M Mencapai mimpi dimulai dari mempelajari hal-hal baru, menekuni hal yang diminati atau bias mengikuti sejumlah kursus

P Pantang berhenti untuk berlatih

I  Ingatlah untuk berdiskusi dan minta dukungan orang tua.

Sesi 2 Pink atau Biru dilakukan dengan diskusi dan media Jamboard. Dimana pada sesi ini peserta menuliskan cita-cita berdasarkan jenis kelamin di kolom jamboard yang telah disediakan fasiltator. Inti dari sesi adalah bagaimana memberikan pemahaman kepada anak-anak,bahwa mereka diperbolehkan memiliki cita-cita tanpa harus dibatasi oleh stereotype gender. Dan sesi ini ditutup dengan pesan kunci: perlakuan yang sama baik  kepada anak perempuan maupun laki-laki merupakan hak yang sangat penting dan mendasar. Untuk itu, setiap orang wajib menghormati satu sama lain, terlepas apakah mereka laki-laki atau perempuan.

Baca Juga:  Tahun Baru 1442 Hijriah, Merangkai Harapan Memupuk Kebersamaan

Untuk hari kedua pelatihan mempelajari 3 modul. Sesi 3 Peta Tubuhku yang Berubah. Sesi ini membahas mengenai perubahan fisik dan emosional yang dialami oleh anak perempuan maupun laki-laki ketika beranjak remaja menuju dewasa. Dimana perubahan tersebut dapat menimbulkan beberapa hal yang tidak nyaman dan tidak jelas,baik secara individu maupun dalam kelompok. Belum lagi adanya tekanan atau pengaruh negative dari teman sebaya maupun lingkungan yang tidak kondusif. Dan sebagai solusinya adalah membentuk kebiasaan sehat secara fisik maupu emosi serta berdiskusi dengan orang dewasa yang dapat dipercaya.

Sesi 4 Saya Berhak Dihormati membahas mengenai karakter seperti apa saja yang membuat seseorang dihormati oleh orang lain. Pada sesi ini fasilitator menyajikan gambar-gambar berikut narasinya. Peserta diminta memilih salahsatu gambar yang menurut siswa lebih baik di banding gambar lainnya dalam satu kali penayangan. Total ada 9 kali penayangan berisi 18 gambar. Inti dari sesi ini adalah peserta diharapkan memahami bahwa rasa hormat kepada laki-laki maupun perempuan didapatkan melalui sikap dan tingkah laku positif

Sesi terakhir membicarakan mengenai Lindungi dirimu dan Oranglain. Peserta dengan bimbingan fasilitator mendiskusikan pembagian kekerasan berbasis gender berdasarkan jenis kekerasan, tempat dan respon yang diharapkan. Adapun konklusi dari sesi adalah: tindakan atau gejala kekerasan bias terjadi kepada siapa pun (perempuan maupun laki-laki), dimana pun (dunia nyata maupun dunia maya) dan dengan berbagai bentuk. Maka penting bagi kita untuk menjadi waspada serta berani untuk bercerita, melawan, bahkan mencari pertolongan jika hal itu terjadi pada diri kita atau orang lain.

Baca Juga:  We See Equal ~ Membangun Sinergitas untuk Visi dan Misi Sekolah

Banyak hal menarik yang penulis ambil dari pelatihan ini.Salah satunya adalah pengayaan sebagai pendidik. Bahwa dalam proses pendidikan, bukan hanya menyampaikan materi pelajaran dan memberikan layanan pendidikan seperti yang biasa dilaksanakan, namun juga menyelipkan pendidikan karakter berani bermimpi, menghargai perbedaan, mengembangkan empati dalam menyikapi perbedaan, memahami tumbuh kembang fisik dan emosi sebagai remaja, mengenali dan menghindari tindak kekerasan serta cara untuk mengatasinya. Hal-hal tersebut sebetulnya telah tercakup dalam pendidikan karakter kulum 2013.

Ada pun catatan dari penulis mengenai pelatihan ini adalah konsep kesetaraan gender maupun equality yang hendak disampaikan kepada peserta didik hendaknya berpijak pada landasan agama.Dan meskipun budaya Indonesia sebagian besar dipandang masih terlalu patriarkis, masih banyak unsur unsur budaya yang justru memuliakan kaum perempuan. Intinya sebagai makhluk pembelajar, guru tidak boleh berhenti belajar demi pendidikan ana bangsa yang lebih baik.

Terimakasih kepada sekolah dan para fasilitator yang telah memberikan pengalaman berharga dalam 2 hari ini.

Wallohua’lam

Profil Penulis

Santi Kurniawati
Belajar Berbagi Sambil Menasehati Diri

Bagikan:

Tags

Related Post