Tergelitik dengan tulisan Bu Santi Kurniawati, M.Pd tentang “Ketika Guru Menjual Diri”, membuat diri ingin turut menuliskan pengalaman mengikuti beberapa Webinar/Bimtek/Diklat online baru-baru ini yang isinya kurang lebih menggambarkan tentang judul dari artikel Bu Santi ini. Meskipun judulnya sedikit terkesan berat, tapi in syaa Allah isinya akan dikemas dengan ringan tapi tetap bermakna.
Kenyataan di era digital saat ini, rasanya memang tepat sekali jika Seorang Guru harus mampu untuk ‘Menjual Diri‘. Berbicara tentang perubahan yang terjadi seiring dengan kondisi Pandemi Covid-19 sudah bukan hal yang baru. Bahkan, Ibu Dr. Indrawati (Direktur SEAMEO Qitep in Science) dalam Webinar APKS PGRI Jabar, yang saya ikuti kemarin (Sabtu, 13 Maret 2021) menyatakan bahwa,
“Pandemi ini adalah anugerah karena telah mampu mempercepat Indonesia memasuki Revolusi Industri 4,0 di segala bidang.” Namun, kondisi ini baru akan betul-betul menjadi anugerah ketika kita siap dan mau untuk beradaptasi dan menjalaninya.
Guru adalah profesi yang tak tergantikan
Berkesempatan mengikuti Webinar dan Training Digital Education for Indonesia yang diselenggarakan PGRI Jabar dengan PT Telkom Indonesia, benar-benar menambah wawasan dan membuka mata untuk mulai beradaptasi jika ingin survive di Era Digital ini.
Prof. Dr. Solehudin (Rektor UPI) menyatakan, “Satu-satunya profesi yang tidak akan tergantikan oleh mesin adalah PENDIDIK. Standar kompetensi dan kualifikasi guru yang tertuang dalam Kepmendikbud No. 16 Tahun 2007 tidak dapat tergantikan oleh teknologi. Teknologi hanyalah alat di tangan Pendidik untuk menghasilkan pembelajaran yang lebih baik.” Bagi saya, statement ini merupakan sebuah penghargaan besar bagi profesi Guru yang seharusnya membuat bangga setiap Guru di Indonesia ini.
Dalam ceramahnya, Prof. Dr. Solehudin menjelaskan tentang peran kunci guru di Era Digital, yaitu sebagai fasilitator pembelajaran dengan rincian tugas sebagai berikut:
- bersama siswa merancang pembelajaran
- membantu siswa dalam memili bahan dan sumber belajar
- mendampingi siswa dalam proses pembelajaran
- menjadi “helper” dalam mengatasi kesulitan belajar siswa
- menjadi model “life long learner” bagi siswa
Berat??? Rasanya tidak karena semua itu sebetulnya sudah pernah kita lakukan dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari, meskipun belum optimal di masa Pandemi saat ini. Beliau pun, turut menjelaskan tentang karakteristik Guru Profesional Era Digital, yaitu:
- paham dengan psikologi perkembangan siswa
- akrab dengan TIK dan smartphone
- paham tentang pendidikan dan karir
- menguasai keterampilan pedagogis dan metodologis, selain menguasai pengelolaan program pembelajaran
- memiliki penguasaan konteks yang relevan
- memiliki keterampilan kerja sama yang baik
- memiliki motivasi dan penguasaan keterampilan belajar (life longer learner)
- memiliki kualitas pribadi (karakter) pendukung, yang tercermin dalam ESQ yang baik
Transform Teacher to Leader
Selanjutnya, Prof. Dr. Heris Hendriana, M.Pd (Ketua Dewan PGRI/Rektor IKIP Siliwangi) menyatakan, “Saat ini bukan lagi masanya seorang guru memikirkan bagaimana mengajar dengan baik (being Teacher) tapi sudah saatnya merubah paradigma tentang bagaimana guru bersama siswa dapat belajar, berkarya, berkelanjutan dan bermanfaat (being Leader).“
Perubahan paradigma ‘long life learner, mengharuskan guru mampu untuk mengelola pedagogi untuk mengarahkan siswa untuk belajar mandiri dan open minded untuk menciptakan pengetahuan.
Meskipun demikian, interaksi antara Guru dan Siswa tetap menjadi suatu bagian yang penting. interaksi Guru – Siswa dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
- Kehadiran Pembelajaran
- terjadi interaksi untuk mengembangkan konsep keilmuan dan soft skill (4C)
- Kehadiran Kognitif
- terjadi interaksi untuk mengembangkan kompetensi edukasi, kompetensi digital dan TIK
- Kehadiran Sosial
- terjadi interaksi antara guru dengan siswa untuk menjadi teman, menebar semangat dan inspirasi, serta keteladanan karakter
Untuk mewujudkan semua itu, beberapa alternatif sistem pembelajaran baru yang dapat diterapkan, antara lain:
- Flipped Classroom
- Blanded/Hybrid Learning
- Online Learning
Dimana ketiganya menerapkan penyampaian materi yang disampaikan secara daring di kelas, dilanjutkan dengan diskusi, review, dan aktivitas pemecahan masalah. Ruang belajar yang akan terbentuk pada ketiga sistem pembelajaran tersebut, antara lain tatap muka, tatap maya, kolaboratif, dan belajar mandiri. Inilah tatantangan sistem pembelajaran baru di era digital saat ini.
E-learning Konsep Kreatif & Implementasinya
Selanjutnya, Dr. Cepi Riyana, M.Pd (Pakar Teknologi Pendidikan) melanjutkan bahwa di era digital ini, e-learning sudah tidak terelakan lagi. Setiap guru hendaknya mulai beradaptasi untuk mulai menerapkan e-learning ini. Lalu apakah e-learning itu?
Karakteristik E-learning, antara lain:
- individualized learning, yaitu berupa pembelajaran mandiri
- microlearning, yaitu bahan ajar dikemas dalam paket-paket kecil berbasis mastery learning
- learning platform, yaitu pemanfaatan LMS
- flexybility learning, yaitu sesuai kebutuhan dan situasi (konten, waktu, ruang, produk, dan teknologi)
Untuk menerapkan e-learning diperlukan beberapa kunci keberhasilan, diantaranya
- kebijakan yang mengaturnya
- sistem/aplikasi pendukung
- infrastruktur (jaringan internet, gadget, dll)
- konten (infografis, motiongrafis, vlog, podcast)
- literasi TIK
Sudah saatnya guru milenial, menjadi guru yang inovatif, kreatif, dan implementatif untuk dapat bersaing di era digital saat ini. Berbagai platform LMS dapat dimanfaatkan sebagai pendukung dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran STEM Local Context
Sesi terakhir Webinar ini diisi dengan pemaparan STEM Local Context oleh Dra. Indrawati (Direktur SEAMEO Qitep in Science). Diawali dengan apa itu STEM? STEM merupakan pendekatan yang berfokus pada pemecahan masalah dalam kehidupan nyata serta kehidupan profesional dengan mengintegrasikan sains, teknologi, enginering, dan matematika. STEM Local Context merupakan penerapan STEM pada isu-isu lokal, melalui pembelajaran berbasis projek, melalui penguatan EDP.
Selanjutnya apa itu EDP??? EDP (Engineering Design Process) merupakan tahapan penerapan STEM, terdiri dari:
- Identifikasi masalah
- Meneliti
- Membayangkan
- Merencanakan
- Membuat
- Uji coba
- Desain ulang
- Komunikasi
Keberhasilan penerapan STEM Local Context bergantung pada:
- Support, berupa dukungan Kepala Sekolah, guru dan orang tua
- Teaching, berupa persiapan pembelajaran dengan mempelajari ruang lingkup STEM dan EDP
- Evecaly, berupa keyakinan guru untuk keberhasilan STEM
- Material, berupa ketersediaan alat bahan yang akan digunakan
Masya Allah….hampir 8 jam mengikuti Webinar via Zoom Meeting, mendengarkan materi dari narasumber-narasumber hebat betul-betul recharg semangat diri sebagai seorang guru. Kesimpulan yang perlu digarisbawahi adalah, segala sesuatu dapat terjadi jika kita memiliki keyakinan dan kemaunan untuk melaksanakan perubahan.
Semangat terus untuk upgrade diri…bertahan untuk dapat bersaing di era digital…guru milenial tanggap perubahan.
Profil Penulis
- Berbagilah setiap kali ada kesempatan...jadilah bermanfaat dimanupun kita berada
Artikel Terbaru dari Penulis
- Satman News13 September 2024Kearifan Lokal, Tema Unggulan Projek Pertama P5 di SMPN 1 Mande Tahun Ini
- Satman News4 September 2024Gladi Bersih ANBK, Persiapan Potret Diri SMPN 1 Mande Tahun 2024
- Kurikulum9 Agustus 2023Suaraku untuk Kelasku, Projek Perdana P5 di Awal Tahun Ajaran Barueet
- Satman News20 Juni 2023Paturay Tineung Kelas IX SMPN 1 Mande Angkatan Ke-55
Tinggalkan komentar
Anda harus masuk untuk berkomentar.