Sebuah Ikhtiar Menyelamatkan Anak dari Gadget

Pada dasarnya setiap anak itu kreatif. Apapun yang ada di hadapan mereka, bisa dijadikan mainan. Mungkin kita pernah melihat anak-anak bermain dan ternyata yang dimainkannya barang-barang yang ada di sekitar mereka.

Seperti dalam gambar, lantai pun bisa menjadi media penuangan kreativitas menggambar.

Kreativitas ini janganlah dirusak oleh kita sebagai orang tuanya.

Jangan kenalkan dulu dengan gadget…bisa jadi kreativitasnya hanya keterampilan jempol. Bahkan bisa lebih buruk.

Sebagaimana kita dalami Bahwa selain ada kebaikan, penggunaan gadget oleh anak yang belum memiliki dasar agama yang kuat, menimbulkan keburukan yang lebih besar.

Orangtua harus saling bekerjasama dalam usaha mencapai tujuan pendidikan anak-anak di rumah.

Untuk mendapatkan gambaran dari ikhtiar menjauhkan dan bahkan menyelamatkan anak dari gadget ini, ada baiknya kita membaca pengalaman dari seorang guru di SMPN 1 mande, Bu Yuliana Gultom, dalam ikhtiar ini.

Pengalaman Bu Yuli dalam Ikhtiar Membatasi Anak menggunakan gadget

Bismillah. Ini in syaa Allah bukan dalam rangka memuji diri, namun sekedar berbagi. Semoga penuh dengan kemanfaatan, yang pada akhirnya kita terbimbing hidup kita oleh Allah SWT.

Baca Juga:  Menepis Nada Miring Pembelajaran Daring

Kalau tujuan pertama kami, menguatkan konsep tauhid dulu. Allah Maha Melihat, Allah Maha Besar, dan semua konsep tentang sifat-sifat Allah.

Kalau sudah sepakat, maka lanjut ke buat aturan yang jelas dan tertulis sambil didiskusikan dengan anak-anak.

Sambil berjalan dengan penanaman konsep tauhid tadi. Aturan yang sudah disepakati, ditempel di bagian dinding rumah yang mudah terlihat oleh anak-anak.

Kalau tentang aturan penggunaan Gadget, keluarga kami menerapkan:

  1. Anak yang belum memahami konsep tauhid atau maksimal 17 tahun. Belum diberi gadget PRIBADI.
  2. Jika ada tugas sekolah, gadget hanya digunakan untuk tugas sekolab saja.
  3. Yang diperbolehkan main game, kalau sholatnya sudah BENAR. Itupun hanya Sabtu dan Minggu. Masing masing 1 jam. Dan ada syarat game nya. Tidak boleh perkelahian, perang, mengumbar aurat, dll. Jadi makin sempit keinginan main game 😀
  4. Jika anak harus mencari tugas di halaman pencarian di internet. Orangtua atau kakanya yg sudah baligh, harus memberikan pengawasan penggunaannya.
  5. Bahkan sebelum tugas sekolah online dimulai, tugas mandiri dan tugas rumah pun harus diselesaikan dulu. Jadi, ketika anak belajar online mereka sudah mandi dan makan, bahkan sudah mencuci baju merek sendiri.
Baca Juga:  Bukan Trauma Healing tapi LDP, Apakah itu?

Semakin anak sibuk dengan tugas mandiri dan bermain bersama (bukan dengan gadget). Mereka akan lupa dengan gadget

6. Orangtua harus kreatif menciptakan permainan tanpa gadget.

Adakah reward dan funishment untuk aturan ini?

Ada. Itu salah satu yang memotivasi mereka, terutama untuk anak yang masih kecil.

Demikian sahabat, paparan singkat pengalaman dalam mendidik anak, salah satunya pembatasan penggunaan gadget. Semoga bermanfaat.

Baca juga : Ukhtinews.com, sahabat muslimah untuk hijrah

Profil Penulis

Deni Kurnia
Deni Kurnia
Seorang Pembelajar, Tak Lebih.

www.abufadli.com

Bagikan:

Tags

Related Post

7 tanggapan untuk “Sebuah Ikhtiar Menyelamatkan Anak dari Gadget”

Tinggalkan komentar