Yang Dilupakan Ayah

Sambil melaksanakan pengawasan Penilaian Tengah Semester (PTS) di kelas 9D, jam kedua, iseng membuka status teman. Menemukan sebuah rangkaian kata sederhana, yang menggodaku untuk menuliskannya di sini. Banyak sih pekerjaan lain yang mesti dituntaskan, namun anggaplah ini sebagai rehat sejenak, sekalian me-refresh pemikiran.

Status Bu Nina, dengan kalimat sederhananya, yang berbunyi:

Bapa lupa mengajarkanku
Bagaimana caranya tanpamu
Wajah indahmu, pergi dalam iringan doa-doa
Purna sudah tugasmu Pa

Bagi sapapun yang pernah kehilangan orang yang dicintai, akan merasakan hal yang sama, rindu.

Dalam kebersamaan, kadang kita lupa, bahwa semua akan ada akhirnya. Ketika ada, kita lupa bahwa itu sementara.

Dalam kalimat, “Bapa lupa mengajarkanku, bagaimana caranya tanpamu”, terkandung getar rasa seolah gugatan, ketidaksiapan akan adanya perpisahan. Semua manusiawi. Rasa kita pun sama, tidak siap dengan segala bentuk perpisahan.

Sisi lain, kalimat itu mengandung pelajaran, bagi penulis, bagi pembaca, dan bagi kita semua. Bahwa ada yang “dilupakan” oleh orangtua, bahwa di dunia ini serba fana. Semua ada awal, dan akan berakhir. Dunia ini bukan tujuan, namun sekedar jalan. Jalan menuju keabadian. Maka, segala daya dikerahkan, bukan untuk di sini, tapi untuk di sana.

Baca Juga:  Inspirasi Embun Pagi ala Bu Destiani

Untuk siapapun yang sudah mendahului kita ke alam berikutnya, semoga senantiasa ada dalam ridho Alloh, beroleh tempat terbaik di surga-Nya.

Untuk penulis untaian kalimat ini, terima kasih. Sebuah tadzkiroh bagi kita, bagaimana berharganya kebersamaan.

Profil Penulis

Deni Kurnia
Deni Kurnia
Seorang Pembelajar, Tak Lebih.

www.abufadli.com

Bagikan:

Tags

Related Post