Setelah menyeruput kopi hitam dan menyantap cemilan jamuan serta menitipkan kendaraan di halaman rumah teman , Tim KNTS berangkat menuju lokasi makam Raden Aria Natamanggala 1. Hari ini kami berada di Cibalagung Desa Kademangan Kec.Mande. 8 km ke sebelah utara dari pusat kota Cianjur. Sebuah desa yang ramai dengan mobilitas kendaraan yang lumayan padat. Namun Aura bekas sebuah kedaleman masih sangat kental terasa.
Kami berangkat menyusuri gang kecil yang padat dengan bangunan . Melalui jalan kecil yang dicor lalu kami masuk ke area pesawahan yang luas. Padi menguning, sebentar lagi panen. Nampak satu dua petani sedang memanen padi yang sudah waktunya, hasil jerih payahnya. Udara pagi yang masih segar membuat dada kami bersemangat untuk terus berjalan. Setelah melalui pesawahan, jalanan mulai menurun dan tibalah pada sebuah sungai. Sungai itu bernama Cibalagung sebuah nama yang sama dengan nama kampung yang kami singgahi tadi. Kami harus melewati sungai Cibalagung untuk sampai ke lokasi. Jembatan yang terbuat dari anyaman bambu Nampak terbentang membelah sungai. Kami lalui sungai itu dengan hati-hati. Di depan tampak sebuah bangunan kecil yang ternyata mushola. Mushola itu rupanya tempat para peziarah melakukan ibadah sholat sambil istirahat sejenak.
Untuk sampai ke Makam Raden Aria Natamangala I kami masih harus melewati tanjakan dan beberapa anak tangga. Akhirnya kami sampai di area makam. Sebuah area yang dibatasi dengan pagar dari tembok dan besi. Atap baja ringan menutupi sebagian tempat para peziarah melantunkan doa. Aura mistis sangat terasa. Pohon sawo Hijau Tua berdiri sangat rimbun di belakang makam. Angin semilir membuat kami nyaman berada di tempat itu. Sunyi dan damai menyelimuti makam ini.
Di pintu area makam kami berdiri sejenak. Kuucapkan salam dan doa untuk penghuni makam ini. Kami masuk dan duduk menghadap makam Raden Aria Nata Manggala I, orang yang sangat berjasa bagi kelahiran sebuah kedaleman di Cibalagung.
Kami merenung, bertafakur, bertasyakur. Bathin kami mencoba melihat apa yang terjadi pada ratusan tahun silam. Terbayang Wajah Bapak Opi Almarhum Juru Kunci Makam berceritera…
Pada jaman dahulu di Cibalagung terdapat sebuah kedaleman yaitu Kedaleman Cibalagung. Yang menjadi pimpinan pemerintahan pada waktu itu adalah Raden Aria Nata Manggala I, seorang yang gagah perkasa keturunan dari Talaga Cirebon. Beliau masih keturunan dari Raden Aria Kikis atau Sunan Wanapri/Wanaperih kerajaan Talaga. (sekarang masuk wilayah Majalengka).
Raden Aria Kikis atau Sunan Wanaperih mempunyai 2 orang putra yaitu
- Raden Aria Wangsa Goparana
- Raden Aria Girilaya
Raden Aria Wangsa Goparana mempunya putra yaitu Raden Jaya Sasana yang bergelar Raden Aria Wiratanu Datar atau Dalem Cikundul. Sedangkan Raden Giri Laya mempunyai putra yaitu Pangeran Wasta Negara ( berada di Sagala Herang Wanayasa Garut). Selanjutnya Pangeran Wasta Negara mempunyai putra yaitu Raden Aria Nata Manggala 1 yang berada di Cibalagung. Sekarang Makamnya berada di Cikadu Desa jamali Kecamatan Mande.
Setelah Raden Aria Nata manggala I menginjak dewasa ia berkelana dengan maksud mencari lmu kesaktian dan memperdalam agama islam. Dalam pengembaraanya ia sering bertapa di dalam guha di tengah hutan belantara. Beliau bersemedi memikirkan kehidupan dunia ini. Sampai suatu ketika dalam persemediannya ia mendapatkan sebuah petunjuk atau ilapat bahwa ia harus berjalan menuju ke arah timur.
Setelah menyelesaikan semedinya lalu berangkatlah Ia menuju ke arah timur sesuai petunjuk yang didapatnya pada saat bersemedi. Masuk hutan keluar hutan, masuk kampung ke luar kampung. Pada saat pengembaraanya itu ketika memasuki kampung ia selalu menetap sebentar untuk mengajarkan agama islam dengan berganti nama. Pertama ia bernama Babad Kinayung, kemudian Babad Angsal, Sukma Muda. Sampai akhirnya ia tiba pada sebuah kerajaan yang besar bernama Kerajaan Mataram.
Setibanya di Mataram ia mengabdi pada kerajaan Mataram. Oleh Sultan Mataram ia ditugaskan untuk menyebarkan agama pada rakyat mataram yang masih buta akan agama islam. Begitulah seterusnya ia menyebarkan agama islam dari daerah ke daerah di Kerajaan mataram dalam waktu yang cukup lama.
Lama Kelamaan timbul keinginannya untuk meninggalkan Mataram dan kembali ke wilayah barat. Beliau adalah orang yang suka mengembara sambil menyebarkan agama islam. Meskipun ia sekarang sudah diberi kepercayaan oleh Sultan Mataram tapi ia belum merasa puas dan bosan pula. Maka pada suatu hari ketika Beliau sudah menyelesaikan tugasnya di suatu daerah ia tidak kembali ke kerajaan Mataram, tetapi meloloskan diri berangkat ke arah barat. Beliau mengembara lagi masuk hutan keluar hutan. Apabila sampai di pekampungan ia menetap sebentar untuk istirahat sambil menyebarkan syiar islam.
Setelah perjalanan yang panjang akhirnya sampailah ia pada suatu daerah yang bernama Cipamingkis (Bogor). Beliau singgah di Kedaleman Cipamingkis dan mendarmabaktikan dirinya pada kedaleman Cipamingkis. Beliau dengan dalem Cipamingkis rupanya masih ada hubungan kekerabatan kemudian ia dinikahkan dengan putri dalem Cipamingkis.
Setelah agak lama membaktikan dirinya di kedaleman Cipamingkis, suatu hari ia dipanggil oleh mertuanya. Beliau disuruh mengembara menyebarkan agama islam sampai menemukan tempat untuk menetap dan mendirikan kedaleman baru. Maka berangkatlah Raden Aria Nata Manggala berserta isterinya untuk berkelana mencari tempat baru untuk dijadikan sebuah kedaleman.
Entah berapa lama pengembaraan Raden Aria Nata manggala bersama isterinya sampailah ia kesuatu hutan belantara yang belum terjamah oleh manusia. Ia memutuskan untuk mendirikan ke dalemen. Dengan keaktiannya mulailah ia membuka hutan belantara menjadi tempat untuk menetap dan berladang.
Beliau mulai mendirikan rumah untuk ditinggali bersama isteri dan pengiringnya. Lama-kelamaan banyak orang yang datang ke tempat itu dan menetap sehingga terbentuklah sebuah perkampungan baru. Sebuah kampung kecil dengan Raden Aria Nata Manggala sebagai Pimpinan Pemerintahannya dengan rakyatnya yang bermatapencaharian bertani.
Untuk keperluan musyawarah bersama rakyatnya Raden Aria Nata manggala beserta orang-orang kepercayaaanya mendirikan sebuah bangunan yang diberi nama Bale Agung (sekarang menjadi Aula Ds. Kademangan) sehingga Nama Bale Agung itu kemudian menjadi nama kedaleman yaitu Kedaleman Cibale agung. Hingga akhirnya berubah menjadi Cibalagung.
Untuk menjalankan roda pemerintahannya beliau mengangkat Eyang Singakerta dan Singakerti sebagai Patihnya, Pendidikan Keagamaan beliau percayakan Ke Eyang Panghulu Muhamad Soleh (Eyang Kanayakan) Irigasi dan pertanian dipegang Oleh Eyang Longgar Jaya (Eyang Saparantu). Untuk Keamanan dan ketentraman dari gangguan maklus halus beliau percayakan pada Eyang Rangga Wijaya (Eyang Kaputihan).
Pada Suatu Hari. Ketika Raden Aria Nata Manggala dan isterinya sedang berada di ladang, datanglah segerombolan orang yang berjumlah Sembilan orang. Melihat dari penampilannya orang-orang tersebut berasal dari seberang tepatnya dari tanah Bugis. Orang-orang tersebut ternyata tawanan dalem Cipamingkis yang berhasil meloloskan diri dari penjara. Sebelum meloloskan diri mereka berhasil membawa kabur beberapa pusaka dalem Cipamingkis.
Mereka menjadi tawanan karena mengacaukan kedaleman. Jauh-jauh mereka datang dari seberang dengan maksud melamar putri kedaleman, tetapi setelah diberitahu bahwa sang putri sudah dinikahkan mereka mengamuk dan membuat kekacauan di Cipamingkis. Akhirnya mereka berhasil ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Namun sekarang merekan bias meloloskan diri dan terus mencari sang putri untuk dibawa ke tanah Bugis guna dipersembahkan kepada rajanya.
Melihat ada orang asing yang dating, Raden Aria Nata Manggala menghentikan pekerjaanya, lalu dengan ramah menyambut tamunya. Namun sikap mereka tidak menampakan keramahan.
“ Ki Sanak ini siapa dan dengan maksud apakah sampai dating ke tempat ini ?” Raden Aria Nata Manggala mencoba bertanya.
Kemudian orang yang bertubuh tinggi dan berkumis tebal menjawab. “Hey ! Kami ini dari daerah Bugis sedang mencari orang yang telah mencuri putri Dalem Cipamingkis calon permaisyuri raja kami. Tahukah Kamu orang itu ?”
“Dengan maksud apakah ki Sanak mencari orang itu?”
“ Aku akan mengambil putri itu untuk dijadikan istri rajaku.” Kata pria tinggi itu.
Seketika merah padam wajah Raden Aria Nata Manggala mendengar perkataan orang itu. Namun beliau masih bisa menahan amarahnya. Dengan tenang ia berkata.
“ Bukankan putri Dalem Cipamingkis itu sudah menjadi isteri sah dan dinikahkan oleh ayahnya?”
“ Benar tapi aku tetap akan mengambilnya.” Sahut laik-laki itu.
Raden Aria Natamanggala tidak bisa lagi menahan kemarahannya. Sambil berdiri tegak ia berkata “ Kalau kau mencari orang yang telah menikahi Putri Dalem Cipamingkis ? Akulah Orangnya.”
Mendengar ucapan Raden Aria Nata Manggala orang orang itu tertawa kegirangan.
“ Kau Orangnya ? Aku sudah lama mencarimu.” Kata pemimpin gerombolan itu.
“ Dimana Putri itu ? Akan kubawa sekarang.” Lanjutnya
“ Kalau Kalian semua menginginkan isteriku, langkahi dulu mayatku .” Kata Raden Aria Nata Manggala.
Maka terjadilah pertempuran yang dahsyat antara Raden Aria Nata Manggala melawan Sembilan orang gerombolan dari bugis.
Dengan menghunus golok orang-orang bugis itu menyerang raden Aria Nata manggala. Beliau tidak mengelak tapi menyambutnya dengan pukulan kea rah dada penyerangnya dan terdengar bunyi pukulan yang mengenai sasaran. Seketika itu juga orang bugis itu terlempar ke belakang memuntahkan darah segar dan tidak bergerak.
Melihat temannya tewasbegitu saja bukan main marahnya orang-orang bugis itu, tanpa dikomando mereka langsung menyerang bersama-sama. Sedikitpun Raden Aria Nata manggala tidak gentar ia melayani keinginan musuhnya. Terjadilah pertempurang yang tidak seimbang satu melawan delapan orang.
Dengan pukulan-pukulan mautnya Raden Aria nata Manggala berhasil merobohkan enam lawannya. Kini yang dihadapinya tinggal dua orang. Ternyata yang dua orang ini memiliki kesaktian yang tinggi. Dalam sebuah kesempatan Raden Aria Nata Manggala berhasil menyabetkan golok yang diambil dari lawannya ke kening musuhnya namun golok itu laksana menimpa batu yang menimbulakn suara “Trang.” Rupanyakedua orang itu kebal dengan senjata. Kedua orang itu balik menyerang Raden Aria Nata Manggala dengan menyabetkan goloknya tetapi sama sekali tidak mempan.
Suatu ketika Raden Aria Nata Manggala terdesak. Belai mundur sampai punggungnya tersandar pada pohon bamboo aur kuning. Tiba-tiba terasa olehnya ada yang menganjal dipunggungnya. Seketeika itu juga ia ingat akan senjata pusaka miliknya. Maka diambilah pusaka itu yang ternyata sebilah pisau Badik. Setelah dicaabut dari warangkanya maka keluarlah cahaya kebiru-biruan.
Melihat kejadian itu tidak membuat kedua musuh Raden Aria Nata Manggala gentar. Mereka bahkan semakin bernafsu untuk menyelesaikan pertarungan karena lawannya sudah terdesak. Namun dengan sabetan senjata badik itu akhirnya kedua orang Bugis itu roboh dan tewas. Rupanya tubuhnya tidak kebal lagi terhadap senjata Pusaka Badik Milik Raden Aria Nata manggala.
Setelah berhasil mengalahkan musuh-musuhnya Raden Aria Nata manggala Menarik napas lega. Kemudian berdoa mengucapkan syukur telah diselamatkan oleh Alloh dari marabahaya. (bersambung)
Penulis: H. Atet Ahdiat, S.Pd
Editor : Deni Kurnia
Profil Penulis
Artikel Terbaru dari Penulis
- Kilas Sejarah3 April 2023Kisah Raden Longgar Jaya dan Pohon Saparantu Cibalagung Cianjur
- Kilas Sejarah27 September 2020Menelusuri Jejak Sejarah Kadaleman Cibalagung (Raden Aria Natamanggala II, III, dan IV
- Kilas Sejarah9 September 2020Menyusuri Jejak Sejarah Raden Aria Natamanggala I ( Bagian ke-2)
- Kilas Sejarah29 Agustus 2020Menyusuri Jejak Sejarah Raden Aria Natamanggala I (Dalem Cikadu)
Tinggalkan komentar
Anda harus masuk untuk berkomentar.